'Maaf, masakanku tidak seenak Ibu'

Seharusnya setiap hari adalah hari ibu...

sama seperti ungkapan 'seharusnya setiap hari adalah hari kasih sayang'. Lalu apa gunanya perayaan kemerdekaan, jika setiap hari terasa merdeka? atau malah tidak? Ah, entah...

Tapi peringatan terhadap suatu hal di waktu tertentu rupanya dapat memberikan efek refleksi tersendiri bagi yang merayakan dan yang dirayakan. Rasanya seperti ada hal yang ditunggu-tunggu...

Hari ini dapur sepi. Tidak seperti biasanya.

Ibu menghilang. Ke mana ya? Ini sungguh aneh... kicauan yang lazim disebut omelan tidak tumpah ruah seperti biasanya. Mungkin sedang di luar bernegosiasi dengan si tukang sayur, tidak. Mungkin sedang bercengkrama dengan tanaman-tanaman liarnya, tidak. Mungkin sedang menonton TV, tidak. Oh, di sana rupanya... Ibu sedang terdampar di sofa favoritnya. Tidak biasanya.

'Ibu sakit' kukatakan itu sejak berhari-hari yang lalu. Ibu skeptis. Dari wajahnya terlihat ekspresi 'Ibu ga kenapa-kenapa kok'- nya. Malam sebelumnya pun beliau masih saja menyempatkan membuat 4 loyang Brownies bakar andalannya untuk dijual. Aku ikut ambil bagian dalam produksi 2 loyang terakhir, karena sepertinya Ibu sudah disibukkan dengan sakit kepalanya. Tapi tetap saja, Ibu masih menunjukkan wajah 'Ibu ga kenapa-kenapa kok'-nya. 

Hari ini Ibu mulai setuju, dirinya sedang kurang sehat. Obat berbagai bentuk pun harus setia hadir di akhir waktu makan. Oh, rupanya kau lagi Amoxycillin. Bilang pada kawananmu itu, jangan berlama-lama masuk ke tubuh ibuku! 

Beberapa tugas Ibu pun aku kerjakan, salah satunya memasak untuk makan malam. Tidak terlalu spesial, toh aku hanya mencoba. Walaupun masakan Ibu tetap tidak akan tergantikan. Semirip apa pun aku memasak selayaknya masakan Ibu, mengapa rasanya selalu berbeda? Hmm... apakah jawabannya akan kudapatkan setelah ada yang memanggilku 'Ibu'? mungkin...

Selamat hari Ibu, bu...

Cepat sembuh...

picture from here