Tidak terasa ya, rupanya sudah 59 tahun berlalu. Seperti apa rasanya? Apakah menyenangkan?
Kalau aku masih punya 37 untuk mencapai umur itu. Itu pun kalau aku diberi jatah yang sama oleh Tuhan. Sebenarnya, ada hal yang ingin aku tanyakan. Pertanyaan mudah, namun begitu sulit sekali rasanya untuk dipertanyakan.
Aku selalu penasaran, apakah engkau bahagia memiliki anak sepertiku? Bukan apa-apa. Hanya bertanya. Walaupun sebenarnya aku pun tak memerlukan jawaban. Mungkin juga sama sepertimu, jika kau bertanya balik kepadaku, aku juga tak perlu menjawab. Kita sama-sama tahu, aku memiliki stok cinta tak terbatas untukmu, sama halnya denganmu. Aku yakin, bahkan mungkin milikmu lebih banyak. Ah, sudahlah, ini bukan saatnya membandingkan. Kita saling cinta. Itu saja.
Aku selalu penasaran, apakah engkau bahagia memiliki anak sepertiku? Bukan apa-apa. Hanya bertanya. Walaupun sebenarnya aku pun tak memerlukan jawaban. Mungkin juga sama sepertimu, jika kau bertanya balik kepadaku, aku juga tak perlu menjawab. Kita sama-sama tahu, aku memiliki stok cinta tak terbatas untukmu, sama halnya denganmu. Aku yakin, bahkan mungkin milikmu lebih banyak. Ah, sudahlah, ini bukan saatnya membandingkan. Kita saling cinta. Itu saja.
Maaf, aku memang menyebalkan. Kadang hal sepele malah memanas hanya karena ketidaksudianku untuk mengalah. Keributan yang terjadi hingga berakhir pada raut wajah masam di masing-masing wajah kita memang sering sekali terjadi. Sekali lagi maaf, toh ternyata kita sama-sama ceroboh.
Terima kasih, sudah sangat sering menyelipkan kekhawatiranmu di dalam setiap sms-mu yang menanyakan 'kapan pulang?' dan 'lagi di mana?'. Aku memang terkadang melupakan waktu. Jangan sampai aku pun melupakanmu. Tidak! Tidak! Tidak akan. Kau bahkan bukan seseorang yang layak untuk dilupakan, karena aku sudah memisahkan memori dan segala kenangan tentang dirimu tak hanya di belahan otak yang spesifik, tapi juga di hati. Semoga Tuhan mendengarnya dan memberikan ingatan yang kuat bagiku untuk menceritakanmu kepada anak cucuku kelak. Lalu aku akan berteriak dengan bangga menunjuk fotomu, "Ya, dia Bapakku!".
Hari ini kau berulang tahun, dan sehari sebelumnya resmilah aku tidak berstatus pengangguran lagi. Mudah-mudahan hal itu bisa menjadi hadiah yang manis. Setidaknya kau akan menyadari, bahwa perlahan-lahan aku mencoba untuk tidak merepotkanmu lagi. Ya! akulah si makhluk merepotkan. Sekali lagi maaf...
25 Januari 2011...
Hari ini ulang tahunmu, Ibu. Ya! Ulang tahunmu. Betapa pun kau bersikeras mengacuhkan hari lahirmu , bagiku bulan Januari adalah bulanmu juga, bukan hanya bulannya Bapak. Memasak apakah kau hari ini? Jujur, aku selalu mengagumi semangat memasakmu. Walaupun kadang-kadang aku gengsi mengakuinya. Maaf, seharusnya aku yang memasak untukmu. Ini kan harimu. Tapi rupanya aku terjerat kesibukan. Bahkan sebenarnya masakanku sendiri pun tak kuasa menandingi buatanmu. Kau hebat, Ibu. Hebat dengan caramu sendiri.
Kita memang pantang memperlihatkan air mata masing-masing. Seperti ajaranmu, kita harus kuat menapaki hidup. Bahkan air mata pun sepertinya hanya lazim dikeluarkan saat Lebaran tiba. Tapi terima kasih, kau sudah menangis dan mengkhawatirkanku saat ponsel butut milikku hilang dan aku tak kunjung mengabarimu. Aku hanya bisa diam melihatmu berurai air mata sambil mengucap syukur karena aku selamat (selamat dari entah apa yang terlintas di pikiranmu). Padahal itu bukan lebaran...
Sudah lama juga ya kita tidak berbincang seperti saat di Jogja bersama Eyang dahulu. Aku selalu menyebutnya 'obrolan 3 generasi'. Aku tidak tahu kau ingat atau tidak dengan topik yang kita bicarakan. Saat itu mati lampu. Yang ada hanya kita, kegelapan, dan obrolan yang hangat. Ya, aku rindu...
Maaf, seperti yang sudah aku katakan kepada Bapak, aku memang menyebalkan. Tapi terima kasih, sudah repot-repot menampungku di dalam rahimmu yang hangat dan tidak mengutukku untuk kembali ke sana. Walaupun jelas itu mustahil. Umurku 22 tahun, Bu! dan aku tetap masih merepotkan sesekali...atau mungkin seringkali...
Ya,
katakanlah ini kado, Pak, Bu...
Entah layak atau tidak...
Tapi yang pasti, surat ini surat cinta (yang meliputi beberapa maaf dan terima kasih)
Selamat Ulang Tahun para perantara kehidupanku,
I love you both...
@minumino
25 Januari 2011...
Hari ini ulang tahunmu, Ibu. Ya! Ulang tahunmu. Betapa pun kau bersikeras mengacuhkan hari lahirmu , bagiku bulan Januari adalah bulanmu juga, bukan hanya bulannya Bapak. Memasak apakah kau hari ini? Jujur, aku selalu mengagumi semangat memasakmu. Walaupun kadang-kadang aku gengsi mengakuinya. Maaf, seharusnya aku yang memasak untukmu. Ini kan harimu. Tapi rupanya aku terjerat kesibukan. Bahkan sebenarnya masakanku sendiri pun tak kuasa menandingi buatanmu. Kau hebat, Ibu. Hebat dengan caramu sendiri.
Kita memang pantang memperlihatkan air mata masing-masing. Seperti ajaranmu, kita harus kuat menapaki hidup. Bahkan air mata pun sepertinya hanya lazim dikeluarkan saat Lebaran tiba. Tapi terima kasih, kau sudah menangis dan mengkhawatirkanku saat ponsel butut milikku hilang dan aku tak kunjung mengabarimu. Aku hanya bisa diam melihatmu berurai air mata sambil mengucap syukur karena aku selamat (selamat dari entah apa yang terlintas di pikiranmu). Padahal itu bukan lebaran...
Sudah lama juga ya kita tidak berbincang seperti saat di Jogja bersama Eyang dahulu. Aku selalu menyebutnya 'obrolan 3 generasi'. Aku tidak tahu kau ingat atau tidak dengan topik yang kita bicarakan. Saat itu mati lampu. Yang ada hanya kita, kegelapan, dan obrolan yang hangat. Ya, aku rindu...
Maaf, seperti yang sudah aku katakan kepada Bapak, aku memang menyebalkan. Tapi terima kasih, sudah repot-repot menampungku di dalam rahimmu yang hangat dan tidak mengutukku untuk kembali ke sana. Walaupun jelas itu mustahil. Umurku 22 tahun, Bu! dan aku tetap masih merepotkan sesekali...atau mungkin seringkali...
Ya,
katakanlah ini kado, Pak, Bu...
Entah layak atau tidak...
Tapi yang pasti, surat ini surat cinta (yang meliputi beberapa maaf dan terima kasih)
Selamat Ulang Tahun para perantara kehidupanku,
I love you both...
@minumino
7 comments:
selamat ulang tahun ya ibunya minomino
Happy birthday tanteeee... sehat selalu ya :)
waw..rangkaian kata nya bikin merinding.
selamat ulang tahun ibu dan bapak mino :)
selamat juga untuk mino yang sudah melepas status penganggurannya..semangadd!! :)
Semoga Ayah dan Ibumu membaca kata2 dari lubuk hatimu Nak...:). Selamat UlTah buat ayah dan ibunya deh...smoga makin sayang sama Mba Mino
semoga sang ibu diberi kesehatan dan kebahagiaan selalu
selamat ulaang taun ibu sama bapa-nya minul,
all the best dah
(ibu, kapan ngundang kita makan-makan gratis lagi? gkgk)
saya setuju dengan saudara ugun kapan kita makan-makan grtais lagi...gkgk
Post a Comment