image from here
Kalau aku, mungkin hanya bisa memberikan persis seperti yang ada pada gambar di atas.
'Sebuah kertas bertuliskan kebahagiaan'. Walaupun entah berguna entah tidak.
Kalau aku, mungkin tidak seheboh mereka yang berkoar-koar di jalanan atau bahkan di gedung pemerintahan. Aku lebih memilih untuk datang dan mencoba berteman. Bahkan mungkin diam-diam. Itu saja. Mungkin karena aku bukan tipe wanita yang banyak cakap.
Siang itu, aku dan temanku kebingungan... entah apa yang bisa aku bawa untuk berkunjung ke rumah sederhana itu. Aku yakin, membawa sesuatu bukanlah kewajiban. Tapi kami ingin berbagi, itu saja. Rupanya hari ini tak ada yang bisa dibawa, dan kami sempat kecewa pada diri masing-masing.
"Mungkin hari ini hanya membawa hati saja. Semoga cukup."
Sampai akhirnya ponselku berbunyi, dan Bapak memberi kabar mengenai tumpukan makanan yang menggunung di rumahmu. "Cepat kesini! Bawalah beberapa untuk mereka", ujarnya. Sesampainya aku di rumahmu, rupanya yang dimaksud 'beberapa' itu cukup mengagetkan. "Alhamdulillah, ini lebih dari cukup, Eyang", aku mengomentari takjub. Ibu sempat sibuk mengingatkanku untuk tak lupa mendoakan Eyang yang kemarin berulang tahun saat tiba di rumah sederhana nanti. Aku pun mengiyakan.
Kita sempat berbincang. Kau begitu penasaran dengan kegiatanku di sana. Kau begitu takjub dan heran mengetahui keadaan mereka. Dan sudah terlihat jelas, Kau begitu heran melihatku mau berteman dengan mereka. "Saat aku muda dulu, belum tentu aku mau berkegiatan seperti itu", begitu kau bilang.
Entahlah, banyak hal yang rasanya sulit untuk dijelaskan alasannya. Aku tak tahu apakah alasan 'karena mereka adalah temanku' cukup bisa menjelaskan semua pertanyaanmu, Eyang.... Aku tak tahu...
Akhirnya aku membawa sesuatu ke sana. Aku membawa tumpeng dan segala perkara penakluk perut lainnya, anak-anak! Bahkan porsinya pun agak membuatku terkejut...
Malam itu, mereka mendoakanmu, Eyang. Semoga panjang umur, semoga membawa berkah, dan beberapa doa khas ulang tahun lainnya. Tapi rupanya mereka juga mendoakanku masalah jodoh, Eyang. Lucu sekali mendengarnya, sekalipun aku tetap mengamini sambil tertawa. Well, itulah doa...
Niat baik yang kau sisipkan di setiap suapan nasi tumpeng telah aku sampaikan.
Sekarang sepertinya giliranku menyampaikan sesuatu.
Aku memang tak terlalu muluk-muluk menaruh harapan ketika berada di suatu tempat. Mengubah mereka adalah hal yang terlalu muluk. Tapi, berteman dengan mereka bukan hal yang muluk kan?
Begitulah, Eyang...
Rupanya bahagia itu sederhana...
Selamat ulang tahun, dear Alim Dhamari... :)
8 comments:
berbahagialah selama kamu masih bisa berbagi dengan sesama ^^
"Rupanya bahagia itu sederhana"
Wow mino :)
bagi dong tumpengnya :D
bahagia memang seharusnya sederhana.. *love that sentence. :)
bahagia itu sederhana
ijin ngutib ya, keren nih quotenya
bahagia itu simple kok..nggak perlu berlebihan, cukup dengan diri dan hati kita merasa "ini lebih dari cukup"
kata mariam belina "jangak mengejar kebahagiaan, tapi ciptakanlah kebahagiaan" :)
amin juga, semoga dikabulkan do'a mereka
segala sesuatu sesungguhnya sederhana
kerumitan itu letaknya ada di pikiran kita
Post a Comment