(image from here)
"Love is the only force that can erase the differences between people or bridge the chasms of bitterness." Gordon B. Hinckley
sebuah kata-kata magis yang mengantarkan saya menuju pemahaman baru...
Perbedaan. Kenalkah Anda pada kata tersebut? Saya yakin Anda kenal. Dia toh ada di mana-mana. Tidak sulit untuk ditemukan.
Beberapa waktu yang lalu, saya mengunjungi tulisan-tulisan teman masa kecil saya. Saya sungguh terperangah. Jujur saja, gaya tulisannya menarik. Sederhana, tapi magis. Pikiran saya langsung melayang menuju masa-masa saat saya berbaju putih merah. Saya, dia, dia yang lain, dan beberapa dari mereka memang bukan termasuk siswa di atas rata-rata versi sekolah saya waktu kecil. Saya memang hanya seorang tukang corat coret saat guru menjelaskan. Saya pun bukan termasuk siswa yang hapal seluruh nama menteri RI. Hal yang sama juga dialami oleh mereka yang dominansi otak kanan sekaligus kinestetik. Mereka biasanya sungguh sulit bersahabat dengan sekolah toh? Ahh, sungguh klise.
Satu hal yang saya amati, seseorang yang selalu rapi, sistematis, atau pandai berhitung, belum tentu menjadi sukses di masa depannya. Kehidupan nyata tidak melulu masalah hitung-hitungan bukan? Tapi entahlah, mengapa dahulu saya terlalu dijelali masalah hitung menghitung, padahal saya lebih memilih warna, alam , dan bahasa.
Ada satu peristiwa yang akan selalu saya ingat, saat teman saya ditampar dengan penggaris di depan kelas saat tidak mengumpulkan tugas. Atau saat saya yang ditampar (juga) saat tidak juga mengumpulkan tugas menjahit (Oh, FYI, saya tidak suka menjahit.Maaf). Mengalaminya saja saya tiba-tiba ingin keluar dari lingkungan tersebut. Perlukah tindakan seperti itu? Perlukah tamparan itu? Saya kira masih ada alternatif lain.
Bersambung kepada tulisan teman saya, lihatlah... orang-orang yang diremehkan ternyata bisa menjadi orang hebat suatu saat nanti. Orang-orang yang berbeda, entah dalam cara berpikir atau berbuat, punya cara sendiri untuk menjadi seseorang. Yang mereka butuhkan adalah dukungan, pengertian, dan kesempatan untuk bertanggung jawab.
Sekarang saya berada pada posisi si guru. Pengalaman saya semasa kecil benar-benar menjadi guru saya yang sebenarnya. Menghargai perbedaan mereka. Inilah tantangan saya. Ini memang sulit. Sungguh. Tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan, karena saya berdosa besar jika menyamaratakan mereka.
Bantu saya Tuhan,
Mungkin inilah jawaban untuk segala kesedihan saya di masa kecil :)
*wishing and hoping
18 comments:
saya juga sempet ngajar anak sd.. kekerasan justru akan buat si anak makin membangkang..
lebih baik bikin dia merasa nyaman dgn kita,nanti dia pasti akan lebih terbuka ma kita.. :)
Diiihh....seorang guru pun nga punya hak untuk menampar anak didiknya dengan penggaris. Itu otoriter namanya. Bagaimana seorang anak bisa semangat ke sekolah kalau dia sudah terbayang2 dengan gurunya yang horor.
Sistem pendidikan dan pengajaran di negri ini harus diperbaiki sepertinya, dan saya yakin, seorang Mino yang sekarang berada di posisi guru dapat melakukan hal yang lebih baik dibanding 'guru' tersebut.
Semangat ya Mino :))
Banyak tantangan menrjadi guru ya Min. Tapi saya yakin dirimu akan menjadi guru yang baik. Ya....pada setiap kekurangan individu, banyak terdapat kelebihan pula. Karenanya tidak boleh kita meremehkan orang lain, sebaliknya harus kita motovasi kelebihannya yang mungkin masih terpendam.
aku setuju banget dgn menghargai "perbedaan" semoga bisa istiqomah ya :)
memang sih sukses akademik nggak selalu bisa diikuti dengan suksek di kerjaan.
nggak butuh IQ 200 kok untuk bisa sukses dalam hidup...
ayoo ibu guru mino, semangat terus ya mempersiapkan para kader penerus bangsa :D
mungkin bukabn kekerasanya tetapi ketegasan terhadap anak didik trimakasih artikel yang sangat menarik
salam sobat
benar mba,,kita jangan meremehkan orang,karena suatu saat nanti orang tersebut akan jadi orang hebat.
Test mata ya mbak hehe, dapt nilai berapa tuh?plus apa minus?lama bgt euy aq ampe kangen komen di sini lg
menjadi guru yang baik itu memang susah tapi untuk menunju kesana sekearang berbuat yang terbaik untuk diri sendiri aja dulu
setuju mino,,,
kita ndak boleh meremehkan orang,,,
xoxo
YULIA RAHMAWATI
Get Up,Survive, Go Back To The Bed
pengalaman memang guru yang terbaik.
btw aku suka quote nya ^^
hohoho...ternyata jadi pengajar kelas dirimuh,
hmm,, itulah arti dari guru yang terbaik adalah pengalaman.
suka denga gambarmu kali ini...
meremehkan seseorang itu biasanya akan ada akibatnya...
pekerjaan yg mulia mino.
uhm tidak seharusnya kalo salah dihukum seperti itu karena akan berdampak negatif ke psikologis yang menerima hukuman itu :)
gimana rasanya jadi guru mbak??semoga tetep bisa berada di "jalur" yang sebenarnya yah :) bisa mendidik anakanak menjadi generasi penerus yang hebat dengan ilmu tidak dengan kekerasan :)
salam kenal
aduh ngomong soal beda jadi inget jalan yang udah beda
ditampar penggaris..kejam..
dan Tuhan itu adil yang biasa bisa jadi special jika Ia menghendakinya :)
masa kecil memang selalu inspiratif jika direnungkan
Post a Comment