"Friendship is born at that moment when one person says to another: "What! You too? I thought I was the only one." - CS. Lewis
Kita menemukan banyak kesamaan, walaupun kita tahu bahwa perbedaanlah yang justru menyatukan kita. Tentu kau paham, siapa yang lebih sering berperan menjadi mulut dan siapa yang berperan sebagai telinga saat kita bersama. Kita pun rupanya cukup tahu bagaimana cara memainkan peran masing-masing.
Aku pernah mengatakannya bukan? Saat kita membiarkan diri kita ‘tersesat’ selama 2 jam, kukatakan bahwa terkadang aku iri dengan kemampuanmu dalam meledakkan emosi. Ketika kau terbakar amarah, umpatan dan omelanmu begitu tumpah ruah hingga seolah-olah aku membutuhkan wadah tambahan untuk menampungnya. Saat kau atau aku yang menghubungi lewat ponsel pun, orang lain mungkin melihat tampilanku seperti orang yang sedang mendengarkan mp3 dan sejenisnya (kau mengerti kan maksudku?). Ya, kadang aku iri. Aku tidak seterbuka kau. Seringkali aku menampung banyak cerita untuk kuhamburkan dalam satu waktu. Saat ceritaku belum sampai pada titik klimaks, antiklimaks, atau bahkan tamat, mungkin aku belum akan membeberkannya. Sungguh berbeda dengan kau yang sering mencicil cerita, bahkan ketika baru sampai pada bagian prolog-nya. Saat kita menggalau berdua pun, kita punya reaksi berbeda dalam menghadapi masalah yang sedang memenuhi kepala kita kala itu. Salah satu dari kita meracau tanpa titik koma, sementara yang lain merenunginya dan menyalurkan energi kekesalannya pada jalanan. Ya! Kau mengomeliku saat aku memboncengmu dengan kecepatan tinggi. Aku hanya tertawa getir sedangkan kau gemetar ketakutan sambil memukulku.
Kala itu, kau minta ditemani saat menerobos kegelapan lorong di suatu sudut gedung. Gadis tomboy itu begitu santai mendahuluimu di depan. Lalu kau berkomentar heran, ‘kenapa kamu berani sih?’. Lalu aku (yang juga diminta untuk menemanimu) bertanya padamu, ‘justru pertanyaannya harusnya untukmu : kenapa kamu takut?’. Kegelapan itu kadang lebih indah dibandingkan terang yang paling terang sekalipun.
Berapa lama kita berteman? Terkadang aku pikir pertanyaan itu hanya akan membuat kita sadar bahwa kita semakin menua. Menyebalkan. Tapi setidaknya itu membuat kita sadar, bahwa perbedaan ternyata tidak pernah mengganggu kita. Justru itu yang kita cari kan?
Sama halnya dengan makhluk menakjubkan yang sering memenuhi kepala kita selama ini. Yang membuat pertemuan, chatting, percakapan via telepon, dan ketikan sms didominasi oleh topik tentangnya. Pada akhir percakapan, kalimat ini selalu muncul, ‘Gila ya! Tu anak bisa-bisanya bikin kita jadi begini!’ lalu kita mengakhirinya dengan tawa renyah. Begitulah, terlanjur jatuh cinta ya. Dan ternyata tidak ada yang berlebihan untuk orang yang sedang jatuh cinta. Ada kenyataan yang rupanya agak terlambat kita sadari, sekalipun tanpa sadar sebenarnya kita sudah sadar (ini apa sih kok berbelit-belit -___-) bahwa kita menemukan serpihan diri kita dalam tubuh bocah itu. Ada kalanya kau seolah-olah bercermin dan menghadapinya seperti menghadapi dirimu sendiri. Saat itu terjadi, aku mungkin merasa terasing. Sama halnya saat dia menampakkan kemiripannya denganku, itulah saat di mana kau begitu kewalahan menghadapinya. Sedangkan aku hanya duduk tenang mengamatinya dan berusaha menenangkanmu. Karena aku tahu, dia butuh waktu. Malam itu kau bilang, bahwa kau kewalahan ketika bocah itu sedang menjadi aku, dan aku kewalahan ketika dia menjadi kamu. Sadarkah kau? Itu berarti bahwa kita berdua kewalahan menghadapi satu sama lain. Apakah kesimpulanku tepat? Mungkin saja. Lalu pertanyaannya, apakah kau kewalahan menghadapiku dan apakah aku kewalahan menghadapimu? Setelah itu aku akan bertanya lagi, sudah berapa lama kita berteman? Ternyata ‘kewalahan-kewalahan’ itu tak pernah mengganggu kita. Ya, kau juga tahu. Itu artinya, bahwa segalanya seharusnya bisa lebih mudah. Seperti tweet beberapa waktu lalu yang kukirimkan padamu, ‘ternyata untuk memahaminya, kita hanya perlu memahami diri kita masing-masing’. Ya, benar. Seharusnya ini mudah. Kita sudah saling mengerti kan?
“Di dalam realitas yang lebih dalam menembus ruang dan waktu, kita semua mungkin bagian dari satu tubuh” – Sir James Jean
Mungkin dalam hal ini, ada kita yang terjebak di tubuhnya.
PS: Maaf aku meracau. Aku mengerti, kamu pasti kebingungan.
8 comments:
Sejuk...
terdengar seperti Frau yang gak bisa kembali ke bumi setelah ia tersesat di luar angkasa bersama cinta-cinta nya
karena dia memang bukan kita...
bagaimanapun kita berusaha untuk mengerti ataupun berusaha untuk menjadi orang lain... Tapi memang kita adalah makhluk yg berbeda....
sudah berapa lama kita berteman? tua sekali
hahahahaaaaa
terimakasih sekali karena melengkapi itu menyenangkan....
aku merasa punya 1 PR lagi,, kamu ngerasain ga nul? kita itu bertiga dan kamu tau nama itu memang 3 tapi A itu C coba deh kita telaah hhhee
kamu benar
aku bingung
hai minu, slm kenal. aku follow ya. and don't forget to follow back. thank u ;)
kata2 yang menyentuh...
yg nama nya sahabat tidak ada kata mantan...
saya share game yg bgs nih
HON Indonesia
Forum Gamers
Gta Indonesia
seberapa pun kita dengan dalam bersahabat tetaplah menjadi diri sendiri, bukan untuk berbeda tapi untuk saling melengkapi perbedaan...
salam kenal
selalu tersentuh dengan kata-katanya....
Post a Comment