..........
Mungkin suasana ini masih saja asing. Dia yang menata ulang kepingan hati yang terlanjur terpecah belah, dan aku yang menapaki ruang hampa dengan perlahan. Atau mungkin dia yang berupaya memperbaiki diri, atau dia lainnya yang menatap hidup dengan cara yang menurutnya bijak. Aku tak begitu yakin perihal kapan tepatnya jarak itu hadir. Sisi kosong yang memisahkan kita menjadi sekedar aku, dia, dia, dan dia yang lain. Mungkin satu tahun yang lalu, atau bahkan dua. Tak ingat juga. Anggaplah aku berpura-pura lupa.
Aku pernah mengatakannya. Aku akan menjaga jarak. Bukan sebuah tanda kebencian. Hanya saja, ada hal-hal yang akan berlalu dengan tenang tanpa harus terusik oleh prasangka dan prahara. Aku akan membiarkan hidupnya tenang, sebagaimana aku berharap dia akan membiarkan aku 'hidup'. Apakah akhirnya akan tepat? Tak tahu juga. Aku berhenti berekspektasi.
Pada akhirnya, waktu itu pun datang juga.
Aku mulai merindukan saat-saat yang mulai tergantikan oleh sisi kosong. Banyak waktu terbuang percuma dengan hanya membiarkan sebuah kecanggungan terjadi. Suatu saat perjalanan itu akan terjadi. Entah berujung di mana, tapi pasti terjadi. Mungkin ini hanya masalah waktu, arah, dan teman seperjalanan. Sekali lagi kita menyimpan rahasia. Berharap sekali lagi kita dapat menanggung beban masing-masing. Itu pun jika memang kita tega menamakannya 'beban'. Kisah ini mulai membuat kepalaku penuh. Aku mulai sadar bahwa tidak seharusnya aku menampungnya sendiri. Berbagi dengan mereka mungkin menjadi sebuah solusi. Aku hanya bingung bagaimana memulainya.
Tapi,
aku akan mencobanya.
mengisi bagian yang kosong dan mencoba melipat jarak,
entah berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Untuk kebaikan kita berempat.
Untuk darah yang mengalir di tubuh kita.
Ibu,
Raja,
Mbak.
:)
..........
0 comments:
Post a Comment