September 6, 2011

Hidup senang atau mati mengeluh (?)

September 6, 2011
"Age is not important, unless you're a cheese"

Cheese?
I love cheese...

Tapi bukan itu yang ingin repot-repot kutulis.


Pagi itu, cukup sempurna untuk sebuah perjalanan. Aku dan ibuku berniat menghadiri another-family-reunion-things di kota lain. Kami berpamit-pamitan hampir setengah jam dengan keluarga di kota gudeg, termasuk Eyang. Satu hal yang selalu aku tunggu saat berpisah adalah saat di mana Eyang mendoakanku, seluruh hal tentangku. Dan pagi itu aku masih menunggunya berkata sesuatu. As always...

Ucapan semacam 'hati-hati di jalan', 'terima kasih', dan 'salam untuk bapak dan mbak' dengan setting sinar matahari pagi yang menantang dan mengambil lokasi di daerah teras rumah sudah menjadi adegan yang semakin mirip seperti ritual. Ah, atau mungkin lebih cocok disebut tradisi. Dan selalu, adegan perpisahan akan menciptakan gumpalan rindu yang cepat atau lambat akan membawa kita kepada moment 'Gue kangen banget woy!' suatu saat nanti.

Aku masih menunggu Eyang berucap sesuatu. Di kursi rodanya, tangannya menggenggam tanganku, bibirnya tersenyum, dan matanya menatapku sendu. Entah apakah dia mengerti bahwa aku sedang berpamitan. Selanjutnya, sesuatu hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya, mengingatkan orang lain bahwa hari ini adalah ulang tahunku. 'Eyang, hari ini aku ulang tahun, apa doamu untukku hari ini?'
Hening. Tatapan dan senyumnya masih sama.
Yah, kondisi kesehatanmu merubah semuanya.
Kali ini giliranku berdoa untukmu.
At least i've tried...

***

Kami pergi, dengan harapan 8 jam kemudian kami sampai di tujuan. Ternyata semuanya tak semulus yang dibayangkan. Kesalahan teknis pihak travel, mobil yang tiba-tiba berasap, dan kemacetan yang menggila menambah daftar penyebab kekesalan perjalananku saat itu. Tidur ternyata tidak membantu. Menutup mata dengan harapan ketika terbangun aku sudah berada di kota tujuan, ternyata tidak. 'Bumi manusia' yang kubawa sebagai bekal perjalanan kubolak-balik hingga tertidur. Kubuka mata, masih belum berpindah tempat. Begitu seterusnya, hingga muak. Ponsel yang mati akibat kehabisan energi semakin memperparah suasana. Pada akhirnya aku menghabiskan setengah hariku dengan mengeluh. Tepat sudah aku berulang tahun di jalan. Dan memangnya kenapa dengan itu? Aku juga tidak tahu...

Aku keluar dari mobil keparat itu. Sekedar mencari tahu ada di belahan dunia mana aku ini. Kudatangi masjid untuk sejenak menghadap-Nya. Perasaanku pun berangsur membaik. Lebih tenang. Selanjutnya aku hanya bertanya-tanya sendiri mengapa-aku-harus-kesal. Akhirnya aku kembali menuju mobil. Langit telah berubah. Lebih ramah. Gelapnya mengaburkan kebisingan kendaraan yang berlalu lalang tanpa permisi. Harus kuakui, kota kecil ini indah. Ah, Tuhan... kuanggap ini sebagai hadiah. Apa pula yang berkerlap-kerlip tak lazim di atas itu?

aku : 'Lihat itu UFO!'
ibu : 'Mana?'
aku : 'Ituuu!!!'
ibu : 'Ah, paling juga mainan...'
aku : 'Tidak! Itu UFO, lihat cahayanya aneh'
ibu : 'mungkin teknologi baru'
aku : 'itu UFO! itu UFO'
ibu : '...'

Ah, ibuku sedang berimajinasi rupanya.
Selalu ada hal indah kalau kita mau 'melihat'.


3 September 1988.
23 tahun yang lalu kau hampir mati.
Tapi takdir berbaik hati.
Ayo hidup!
Mengeluh hanya membuatmu mati sejenak.
Selamat ulang tahun, diri.
:)





3 comments:

merry go round

Happy birthday dear :)

Tulisan kontemplasi diri yang cantik :)

Claude C Kenni

Selamat ulang tahun...really nice post, keep blogging =)

Suciati Cristina

selamat ulang tahun mino :)
smoga sukses slalu.
mohon maaf lahir bathin yah

wah ini bagus kata-katanya >> Selalu ada hal indah kalau kita mau 'melihat'.
bener banget, agree with mino

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails