June 16, 2012

Jassassakya-Thum!

June 16, 2012
..........

'Kupinjam mantramu, boleh?'
***
Pada mulanya semua begitu sederhana.
Tidak berisik,
bahkan syahdu.
Tawa canda begitu lepas.
Senyum manis begitu mudah terukir.
Dunia di sudut kota itu seperti surga bagi orang-orang yang membutuhkan langit maupun tidak.
Rasa senang dan nyaman begitu mudah tercipta dari segelintir hal kecil, walaupun mungkin hanya sementara.


Menghargai hidup berarti menghargai kesementaraan.



Hingga suatu hari,
sesuatu bernama kebahagiaan datang melingkupi surga kecil tersebut.
Para penghuni bersuka cita.
Rasanya seperti mimpi yang dibisikkan dalam tidur dan dijawab dengan lantang di esok paginya.
Kebahagiaan datang melalui hal-hal yang tak terduga.
Dan ia selalu datang di waktu tepat yang tidak tepat.
Tak ada yang tahu kapan tepat itu tiba.
Tak ada yang tahu kebahagiaan itu berujung apa.

Kebahagiaan mulai merasuk ke dalam hati para penghuni.
Kekuatannya secara perlahan membangunkan harapan-harapan yang rumit dan tak terpikirkan.
Surga kecil tak lagi kecil.
Kebahagiaan mampu melebarkan sayapnya dan membawa surga menuju tempat yang lebih tinggi.
Lebih tinggi dari yang tertinggi.
Kemudian malaikat-malaikat berdatangan, dan iblis pun tak ketinggalan menemani.
Tapi manusia tetaplah manusia. Rentan goyah di tempat tertinggi.

Rupanya kebahagiaan tak kuat membawa mereka semua ke tempat tertinggi dalam waktu singkat.
Kebahagiaan hanya mampu membawa mereka secara bergiliran dan perlahan.
Lalu sebagian kepala silih bertanya mengenai kapan gilirannya sampai di atas.
Kemudian sebagian lagi meminta jatah kebahagiaannya agar bisa melambung ke angkasa seorang diri, tanpa harus menunggu yang lain.
Selanjutnya, kebahagiaan mulai diperebutkan atas nama hak.
Pada akhirnya kebahagiaan tak lagi bahagia.

Ah, ada yang aneh di sini...
Benarkah sesuatu yang datang di hari itu bernama kebahagiaan?
Kebahagiaan, mungkin, tidak membuatmu terpecah belah.
Semestinya kita berhati-hati memberi nama.
Atau bahkan, tak perlu memberi nama.

Kebahagiaan menolak untuk mewujud menjadi sebuah materi.
Dialah perasaan, bagi mereka yang memaknai detik demi detik.


Kupinjam mantra dari sebuah cerita,

'Jassassakya-Thum!
 Jassassakya-Thum!
 Jassassakya-Thum!...'

Tiba-tiba menginginkan tanah bergemuruh dan mengembalikan yang tinggi ke tempat semula.
(Dan sepertinya itu bukan solusi)


..........

1 comments:

Anonymous

Hiks, jadi terharu bacanya kakk.. :'(

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails