July 2, 2012

Mengejar senja, lalu gagal.

July 2, 2012
 ..........
Sebuah ritual selalu membutuhkan jeda waktu tertentu untuk mewujud. Pada saat melakukannya, hal lain (terkadang) harus rela menunggu, atau bahkan dikorbankan.


Sore itu, tak sama dengan sore sebelumnya, atau sore-sore yang lain. Sore yang cukup syahdu selepas obrolan bersama teman sepenanggungan. Sulit menerjemahkan langit di sore itu. Dia tidak merah marah. Tak juga kelabu sendu. Warnanya cukup mampu membuat seluruh indera berebut peran untuk sekedar merasa. Dan untuk senja, mata selalu menang. Apa daya, lidah tak kunjung bisa mengecap rasanya. Langit begitu indah. Itu saja.

Senja sedang menantang. Mengejarnya dengan si kuda besi di tengah kota selepas jam kerja bukan hal yang mudah. Beberapa perempatan lampu merah cukup membuat hati gemas. Apalagi jika alat-hitung-mundurnya baru menunjukkan angka seratus sekian. Belum lagi persimpangan yang mempertemukan beribu wajah yang begitu bernafsu mencapai tujuan dengan segera. Sore itu, ternyata aku salah satu dari mereka. Di perempatan berikutnya seorang peminta-minta menghampiri. Aku memohon maaf untuk lewat karena sudah terburu-buru. 'Maaf, aku harus mengejar senja', ucapku dramatis. Iya, perjalanan pulang ke arah Barat membuatku merasa seperti mengejar senja. Semoga ia mengerti, rona langit mulai menipis.

Mengejar si senja

Ritual itu berlokasi di sebuah jembatan yang sangat ramai. Tapi entah mengapa, selalu ada sunyi yang hadir saat menepi di keramaiannya. Dan kudapan yang paling pas saat menikmatinya adalah menelan senja bulat-bulat, melalui mata. Cukup singkat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat yang dimaksud. Hanya kemacetan yang membuatnya menjadi lebih lama. Dan, hey! Aku sudah sampai, lalu di mana senjanya?

Langit gelap. 
Aku kehilangan senja.
Tak ada kudapan hari ini.
Kendaraan menjadi terdengar lebih berisik.

'Senja selalu datang tepat waktu.
Aku yang terlambat.
Ah, langit tak lagi merona.'

Merasa kehilangan, tanpa benar-benar memiliki. 
Langit memang tak pernah mengulang warna yang sama di hari berikutnya.

Hari ini aku gagal melahap senja.

..........

1 comments:

-Gek-

Hari ini gagal.. masih ada hari esok. Tomorrow never dies.. hehhe.

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails