July 18, 2012

Tanyalah Rindu

July 18, 2012
..........

Kepada hati,
yang selalu dirindukan di ujung malam.





Pertanyaan ini (akan selalu) berulang,
'Kamu mau ke mana?'

Lalu aku menjawabnya dengan teknik yang berbeda. Suatu kali hanya senyuman yang terkulum. Di saat yang lain aku menjawab 'tidak tahu' sambil tertawa. Lalu suatu saat aku menjawabnya dengan rentetan mimpi yang menimbulkan tanya. Dan sesekali, aku juga tidak menjawab sama sekali.
Aku pernah mengatakannya, jika kamu mengingatnya, dalam toples aksara rindu dan kenangan yang kukirimkan dengan terbata-bata. Dunia mulai mengusik. Mungkin duniaku. Entah duniamu. Aku, yang cukup lama dinobatkan sebagai 'yang-sulit-dijinakkan', rupanya cukup mengundang tanya dan perhatian berkenaan dengan urusan yang sebaiknya bukan urusan mereka. Lalu mereka kemudian bertanya 'Siapa dia?', 'Sejak kapan?', atau 'Kapan melangkah?'. 
Dunia mulai berisik.
Dan kita hanya perlu berbisik.
'Ruang hampa menunggu'.


Kau tahu, ada perasaan yang sama dan hampir tak kasat mata di antara meminta pertolongan, dan kekhawatiran merepotkan orang lain. Mungkin itulah yang terjadi, ketika dihadapkan pada urusan yang melibatkan orang banyak. Tak hanya jasad mereka, harapan mereka pun ikut terlibat. Dan pada akhirnya, kelapangan hati yang mampu mencoba mempertemukan beberapa titik keinginan. 
Aku ingat pertanyaanmu perihal sebuah perjalanan. Dan aku ingat ketika kamu merasa pertanyaan itu terlalu tergesa, dan egois. Tapi aku selalu ingat mimpi-mimpi masa kecil. Kadang impian yang dilukiskan dan ditanamkan di dalam benak begitu membekas. Seperti memaku dirinya di dalam otak, lalu terngiang di setiap pertambahan usia. Aku menjawab pesanmu di sore itu. Semoga kau ingat jawabanku. :)

'Kamu mau ke mana?', lalu mereka bertanya kembali. Dan aku menjawab lagi. Tidak dengan lugas, tentunya.  Tak ada yang tahu aku akan ke mana. Jawabanku tidak menyelesaikan sebuah pertanyaan ataupun memuaskan rasa penasaran. 'Di mana pun nantinya, kalian tidak akan menemukanku di golongan berseragam itu...'. Lalu kami saling mendoakan. Walaupun mungkin tak saling paham. Aku tidak akan selamanya di sana, sudah kubilang... dan aku sudah jauh-jauh hari berpesan kepada mereka untuk mencari penggantiku. Just in case. :)

Entahlah. Impianku tak pernah terpaku pada buaian istana, mewahnya roda empat atau kesenangan pusat perbelanjaan. Tak penting 'ke mana'- nya, yang penting adalah 'dengan siapa'. Ah, kau pasti ingat kalimat usang itu. Kuselipkan dalam kotak maya rahasia milik kita berdua. :)
Dan apa yang aku cari?
:)


'Di malam hari 
menuju pagi
sedikit cemas
banyak rindunya'

Kemudian lagu itu mengalun perlahan, mengantar lelap.
Iya, kita bisa berada di mana-mana.
Rumah tak lagi mewujud.
'Hanya kita berdua', adalah kata lain dari sebuah rumah.


Tanyalah rindu,
aku mengirimkannya selalu.

..........

3 comments:

hengki

>>>:D<<<

-Gek-

kok romantis ya..?
hehehhehe,,,

Ma'arif Siregar

belum dapet makna sebenarnya hehe

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails